DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
1. LATAR BELAKANG 2
2. RUMUSAN MASALAH 2
3. TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1. PENGERTIAN TAUBAT DAN SABAR 3
A. Pengertian Taubat 3
B. Pengertian Sabar 5
2. DALIL AL-QURAN DAN HADIS TENTANG TAUBAT DAN SABAR 7
3. CONTOH SIKAP DAN PERILAKU TAUBAT DAN SABAR 9
A. Sikap dan Perilaku Taubat 9
B. Sikap dan Perilaku Sabar 10
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Taubat dan Sabar merupakan upaya yang harus dilakukan oleh manusia agar manusia selamat dunia dan akhirat. Dengan bertaubat berarti kita menyesali semua dosa yang telah kita perbuat, baik yang kita sengaja atau tidak kita sengaja karena sebagai manusia kita pasti tidak lepas dari yang namanya dosa, baik dosa kepada sang pencipta yaitu Allah SWT atau dengan sesama manusia. Taubat itu merupakan solusi dan setelah bertaubay kita diharapkan untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang dulu pernah kita lakukan dan menuju pada pribadi yang lebih baik karena telah bersih dari dosa-dosa.
Sabar adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar ia selalu merasa cukup dan selalu syukur terhadap apa yang Allah takdirkan kepadanya. Dengan melalui pintu sabar maka akan terbuka pintu-pintu yang lain seperti tabah, baik hati, berprasangka baik dan sebagainya. Makadari itu kita sebagai manusia harus selalu menumbuh kembangkan sifat sabar. Dan dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai taubat dan sabar.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Taubat dan Sabar?
Apa saja Dalil Al-qur’an dan Hadis tentang Taubat dan Sabar ?
Apa saja contoh Sikap dan Perilaku Taubat dan Sabar ?
TUJUAN
Mengetahui pengertian Taubat dan Sabar
Mengetahui Dalil Al-qur’an dan Hadis tentang Taubat dan Sabar dengan penjelasannya
Mengetahui contoh Sikap dan Perilaku Taubat dan Sabar
BAB II PEMBAHASAN
PENGERTIAN TAUBAT DAN SABAR
Pengertian Taubat
(Arab, taubat), berarti merasa bersalah atau menyesal atas perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Tobat nasuha berarti tobat yang sebenar-benarnya dengan janji tidak akan mengulangi lagi.
Taubat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh tidak cukup dengan hanya mengucapkan istighfar di mulut, “ Astaghfirullahal adzim.” Hati tidak merasa bersalah dan berdosa. Tidak semudah itu Allah SWT hendak menerima taubat hamba-hamba-Nya kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah ditetapkan-Nya.
Syarat-syarat taubat ada dua bagian sebagaimana dosa dan pahala terbagi kepada dua, yaitu:
Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan Allah
Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan sesama manusia
Taubat sebagai maqam yg pertama para penempuh jalan sufi. sebagaimana ibnu taimiyah mengawali tasawuf dengan ulasan tobat. Ia menegaskan bahwa allah swt sangat mencintai orang orang yang bertobat dan mensucikan dirinya dan bahwa tobat merupakan salah satu karakter penting seorang wali allah. Qs.an-nur ayat 31
Rasulullah bersabda "wahai sekalian manusia ! Bertobatlah kalian semua kepada allah, sebab aku bertobat dalam sehari sebanyak 100 kali."
Tingkatan taubat :
Taubat bagi kalangan awam
Yaitu tobat pada tingkatan yang paling dasar,dimana seseorang yang melakukan tobat di tuntut untuk memenuhi persyaratan yang paling minimal. Yaitu menyesali segala perilaku kesalahan yang telah dilakukan dengan sepenuh hati.
Taubat yang kembali dari yang baik menuju yang lebih baik
Yakni seseorang yang betobat pada tingkatan ini dituntut untuk.kembali dari perbuatan yang lebih baik menuju yang terbaik.
Kembali dari yang terbaik menuju kepada allah SWT.
Pada tingkatan ini seorang yang bertobat akan berbuat yang terbaik dengan tanpa motivasi apapun kecuali karena allah SWT.
Komponen tobat :
Menyesali kesalahan yang telah dilakukan
Berketepatan hati untuk tidak mengulangi kesalahan serupa
Memperbaiki kesalahan dengan amal soleh
Mencari ridha Allah SWT kepada sesama atas kesalahan yang telah diperbuat.
Taubat menyangkut dosa terhadap Allah
Imam Nawawi mengatakan bahwa ada 3 (tiga) syarat dalam melaksanakan taubat yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim atas dosa yang dilakukan apabila maksiat itu di antara manusia dengan Allah dan tidak berhubungan dengan hak sesama manusia(haqqul 'adami), maka ada 3 (tiga) syarat:
Meninggalkan perilaku dosa itu sendiri
Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan
Berniat tidak melakukannya lagi selamanya.
Apabila tidak terpenuhi ketiga syarat di atas, maka tidak sah taubatnya.
Syarat Taubat Dosa Dengan Allah SWT.
Antara syarat-syarat taubat yang berhubung kait dengan Allah ialah:
Menyesal sungguh di atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Yakni terasa kesal, sedih, dukacita, rasa tidak patut kerana melanggar syariat Allah. Sekaligus datang perasaan menyerah diri kepada-Nya.
Berazam/bercita-cita bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah itu.
Meninggalkan perkara-perkara yang mendatangkan dosa-dosa dengan Allah sama ada dosa besar atau dosa kecil.
Antara contoh-contoh dosa besar ialah meninggalkan sembahyang, tidak puasa, mengadu nasib, minum arak, zina, judi, riba, memfitnah, mengumpat, membunuh dan lain-lain lagi.
Di antara dosa-dosa kecil ialah mendedahkan aurat, bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, mendengar nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, bercakap perkaraperkara lucah, bergurau berlebih-lebihan, berkelakar, membazir dan lain-lain lagi.
Taubat menyangkut dosa terhadap sesama manusia
Sedangkan jika dosa itu berhubungan dengan hak anak Adam/sesama manusia maka lebih lanjut Imam Nawawi menyebutkan ada 4 (empat) syarat yaitu:
Meninggalkan perilaku dosa itu sendiri
Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan
Berniat tidak melakukannya lagi selamanya
Membebaskan diri dari hak manusia yang dizalimi dengan cara sebagai berikut:
Apabila menyangkut harta dengan cara mengembalikan harta tersebut;
Apabila menyangkut non-materi seperti pernah memfitnah, menggunjingnya (ghibah), dan lain-lain, maka hendaknya meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firman-Nya :
”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orangorang yang mensucikan diri”. (Q.S. al-Barqarah [2]:222)
Syarat Taubat Dosa Dengan Manusia
Sekiranya seseorang itu berbuat dosa dan kesalahan yang ada hubungan sesama manusia, antara syarat-syarat taubat yang mesti ditempuhi ialah:
Menyesal sungguh-sungguh di atas segala kesalahan yang dibuat terhadap orang lain itu. Benar-benar terasa di hati perasaan sedih, dukacita dan rasa tidak patut berbuat begitu.
Meninggalkan terus perkara-perkara yang mendatangkan dosa dengan manusia.
Berazam bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perkara-perkara yang mendatangkan dosa yang ada hubungan dengan manusia (mu’amaidh).
Meminta maaf atau meminta ridho (halal) kepada orang yang kita telah berbuat dosa terhadapnya atau bayar semula ganti rugi atau pulangkan barang yang telah diambil.
Pengertian Sabar
Sabar secara bahasa artinya ikatan. Menurut ajaran Islam, sabar adalah sikap teguh dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan dengan tidak melupakan ikhtiar atau usaha. Sabar tidak sama dengan pasrah. Pasrah adalah sifat penyerah terhadap keadaan tanpa melakukan usaha atau disebut juga berangan-angan tanpa usaha. Sikap sabar mengandung pengertian menerim.dengan lapang dada dan hati terbuka kepada apa saja yang datang dari Allah SWT. Baik dalam menerima serta melaksanakan ketentuan-ketentuan agama maupun yang berkenaan dengan masalah nasib dirinya. dikalangan para sufi sabar yaitu sabar dalam menjalankan-menjalankan perintah allah SWT, menjauhi segala larangannya dan menerima segala cobaan-cobaan yang diberikan. Firman Allah swt.:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surah Al-Baqarah [2]:153)
Hakikat sabar berarti ketika kita mampu mengendalikan diri dari dosa, menaati segala perintah Allah, ketika mampu memegang teguh akidah Islam, dan ketika mampu tabah serta tidak mengeluh atas musibah dan keburukan apa pun yang menimpa kita.
Sabar dibagi menjadi empat macam berikut ini :
Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, contohnya salat, puasa, zakat, haji, menuntut ilmu, tawa«u, dan qana’ah.
Sabar dalam melaksanakan perintah Allah. Dalam menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah sekaligus khalifah, kita manusia yang tidak bisa meninggalkan kesabaran. Dalam melaksanakan shalat yang merupakan kewajiban sehari-hari saja, Allah memerintahkan kepada manusia untuk bersabar. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 132:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
(QS. Surat Thaha ayat 132)
Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah, contohnya meninggalkan minuman keras, tidak berjudi, dan menjauhi marah.
Sabar dalam usaha menjauhi larangan Allah. Selain bersabar dalam menjalan ibadah, sabar juga berlaku dalam menjauhi larangan Allah. Setiap saat, kita dihadapkan pada godaan nafsu dan syetan yang membuat kita melanggar larangan Allah tersebut. Dalam melawan nafsu yang merupakan musuh utama manusia, kita dituntut untuk bersabar. Kita harus berupaya sekuat mungkin mengendalikan diri. Sehingga tidak menuruti keinginan nafsu dan bisikan syetan yang hendak menjerumuskan kita.
Bersabar ketika menghadapi musibah atau cobaan yang menimpanya, contohnya kehilangan harta, dikurangi rezekinya, terkena banjir, dan bencana alam.
Sabar dalam musibah, jika kita sudah bersabar dalam keadaan lapang, maka kita juga harus bersabar dalam keadaan sempit. Setiap musibah atau kesedihan yang menimpa kita harus kita hadapi dengan sabar. Sehingga tidak ada pikiran apalagi bahasa yang menyalahkan takdir. Dengan sabar, kita tidak akan mengeluh sedikitpun. Kita akan menghadapi musibah dengan hati yang luas.
Sabar Dalam Nikmat yang Diberikan Allah
Bahkan dalam menikmati karunia Allah, kita harus bisa mengendalikan diri. Jangan sampai terlena hingga membuat kita lupa siapa kita dan darimana kita berasal. Banyak contoh kisah di masa lalu tentang orang yang tidak sabar dalam menerima nikmat dari Allah. Contohnya ialah Fir’aun yang mengaku Tuhan karena diberi kekuasaan dan kesehatan lebih dibandingkan manusia yang lain. Lalu Qarun yang menjadi super kikir lantaran tidak sabar dalam menerima kelebihan harta yang Allah berikan. Saat ini, banyak juga contoh orang-orang yang tidak sabar dalam menerima nikmat Allah. Si penguasa menjadi lupa karena kekuasaannya. Si kaya lupa karena kekayaannya. Bahkan orang yang berpengetahuan menjadi sombong lantaran merasa paling tahu.
DALIL AL-QURAN DAN HADIS TENTANG TAUBAT DAN SABAR
Manusia tidak luput dari salah dan dosa. Dosa-dosa itulah yang menjadi hijab atau pembatas antara hamba dengan Allah SWT serta Allah memandang hamba-Nya itu dengan penuh benci dan murka sehingga terhijab seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya. Jika ini terjadi, segala amal ibadah serta kebajikan yang kita lakukan tidak diterima dan tertolak. Bahkan bukan itu saja, di Akhirat besok, Allah akan menghukum dengan Neraka yang maha dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah itu bertaubat dengan secepatnya jika sudah terlajur melakukan dosa dan kesalahan.
Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan perbuatan dosa yang kiata lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan itu kembali.
Tidak cukup dengan hanya mengucapkan istighfar di mulut, “ Astaghfirullahal adzim.” Hati tidak merasa bersalah dan berdosa. Tidak semudah itu Allah SWT hendak menerima taubat hamba-hamba-Nya kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah ditetapkan-Nya.
Oleh sebab itu, kalaulah selama ini kita terlibat dengan perbuatan yang haram (seperti riba, mendedahkan aurat, minum arak) maka kita tidak akan buat lagi atau terus tinggalkan perbuatan tersebut. Juga kalau kita terlibat dengan dosa-dosa kerana meninggalkan perkara-perkara wajib (seperti meninggalkan sembahyang dan tinggal puasa),
Artinya kita terus melaksanakan perkara-perkara yang wajib dengan bersungguh-sungguh dan membayar (qadha) segala perintah wajib yang tertinggal.
Sabda Rasulullah SAW: “Orang yang bertaubat dari pada dosa sepertilah orang yang tidak berdosa.” (Riwayat At Thobroni)
Sabdanya yang lain: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang mukmin yang terjerumus berbuat dosa tetapi bertaubat.” (Riwayat Ahmad)
Seterusnya Sabda Baginda lagi: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan.” (Riwayat Ahmad)
“Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat.” (Riwayat Addarami)
“tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat.” (Riwayat Ad Dailami)
Allah juga memberitahu kita dalam firman-Nya: “Maka barangsiapa yang bertaubat, sesudah melakukan kejahatan itu dan membaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah: 39)
Firman Allah yang bermaksud: “Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Maidah: 40)
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang mengerjakan ke-jahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nisaa’: 110)
Berdasarkan Hadis-Hadis dan ayat-ayat Al Quran tadi, dapat difahami bahawa wajib setiap orang Islam itu bertaubat daripada dosa-dosanya supaya tidak menjadi hijab antara dia dengan Allah SWT (huraian lanjut dalam Bab 28: Rahsia Hati).
Dari anas dia berkata ; Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat." (HR. Ibnu Majjah dan Anas)
Karenanya Allah memerintahkan untuk bertaubat kepada semua umat manusia yang telah melakukan dosa. Allah berfirman :
"Hai orang0orang yang beriman, bertaubatlah dengan ALlah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketikka Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlag bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Q.S.At-Tahrim ayat 8)
Allah adalah Zat yang Maha menerima taubat, sebagaimana disebutkan di dalam QS. an-Nisaa ayat 48. Tidak ada satu dosapun yang tidak diampuni aleh Allah kecuali syirik atau mempersekutukan -Nya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selalu dari (syirik) itu,bagi siapa yang dikhendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (Q.S an-Nisa [4] :48)
CONTOH SIKAP DAN PERILAKU TAUBAT DAN SABAR
Sikap dan Perilaku Taubat
Taubat merupakan kewajiban manusia kepada Allah SWT. Sebab tobat merupakan proses kesadaran diri dan pengakuan yang utuh atas suatu perbuatan salah dan dosa yang telah dilakukan. Berakhlak tobat tidak hanya merupakan sikap perilaku terpuji, tapi juga mengandung nilai-nilai luhur dan mulia.
Di antara nilai-nilai luhur tersebut ialah sebagai berikut :
Menyadari akan kesalahan dan kekeliruan sikap dan perbuatannya
Menyadari kelemahan dan kekurangan dirinya dalam mengontrol dan mengendalikan hawa nafsu, serta perilakunya
Merasa jera karena takut akan azab Allah SWT.
Tidak mengulangi kembali perbuatan salah dan dosanya.
Mengakui kebenaran dan keagungan hukum-hukum Allah SWT.
Cara membiasakan diri berperilaku terpuji taubat :
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang luput dari dosa dan salah, termasuk para nabi dan rasul. Oleh sebab itu, Allah SWT. membuka pintu taubat selebar-lebarnya bagi setiap orang yang telah melakukan perbuatan dosa dan kesalahan. Orang yang baik dan sempurna bukan yang tidak pernah melakukan perbuatan dosa, melainkan ketika melakukan perbuatan dosa dan salah segera bertaubat. Membiasakan diri berperilaku tobat dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji. Apalagi mulai dibiasakan sejak usia dini.
Untuk dapat membiasakan diri berakhlak terpuji taubat, sebaiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
Menydari sepenuhnya bahwa perbuatan dosa itu hanya akan mendatangkan mudarat dan kerugian, baik di dunia maupun di akhirat.
Yakin dalam hati bahwa Allah SWT. Maha pemaaf dan pengampun segala dosa.
Berusaha menjaga dan mengendalikan hawa nafsu, agar tidak terjerumus ke dalam jurang dosa.
Mulailah dari sekarang untuk membiasakan diri berakhlak taubat.
Selalu berdoa kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam mengamalkan akhlak tobat.
Segeralah bertaubat selagi kita masih diberi kesempatan dan masih hidup di dunia. Persiapkan bekal menuju kehidupan yang kekal.
Sikap dan Perilaku Sabar
Kita menemukan contoh terbaik sabar pada nabi yang menghadapi berbagai kesulitan hidup, sementara mereka tetap tabah dan beriman kepada Allah swt. Hal ini seperti kesabaran Nabi Ayyub a.s., Nabi Ibrahim a.s., dan kesabaran Nabi Muhammad saw. Kesabaran adalah kunci keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan risalah Allah swt. Risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak langsung diterima oleh masyarakat sehingga dalam mendakwahkan ajaran Islam sangat hati-hati dan penuh kesabaran. Dakwah yang diutamakan adalah kepada para sahabat dan keluarga terdekatnya terlebih dahulu.
Kafir Quraisy menentang Islam dan merintanginya secara mati-matian disebabkan :
Ajaran-ajarannya bertentangan dengan kepercayaan nenek moyang mereka
Jika menerima agama Islam, kedudukan mereka akan jatuh merosot
Keuntungan dari perdagangan patung akan luput dari tangan mereka
Kesabaran Nabi dalam berdakwah tersebut memberi hikmah di kemudian hari. Hal ini terbukti dengan keberhasilan Nabi dalam mengubah kehidupan bangsa Arab, dari kehidupan jahiliyah ke kehidupan yang penuh nilai-nilai Islami.
Jadi, dapat dijelaskan buah dari kesabaran Nabi Muhammad saw. adalah:
Orang Arab yang awalnya menyembah berhala, diganti dengan keimanan dan tauhid kepada Allah.
Orang Arab yang semula bertabiat dan berwatak buruk, diganti dengan budi pekerti serta akhlak yang mulia.
Peraturan-peraturan yang semula merugikan masyarakat yang lemah berupa hukum rimba, diganti dengan hukum Allah swt..
Manusia yang semula berpecah-belah, diganti dengan bersatunya umat manusia tanpa membedakan warna kulit, warga negara, bahasa maupun derajat dan keturunan.
Firman Allah swt :
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi” (Surah Al-Mu’minμn [40]:55)
Perilaku Sabar dalam Kehidupan Sehari-hari
Seseorang tidak mungkin mempunyai kesabaran kecuali jika ia dibantu oleh cahaya iman.
Kesabaran memiliki lima ciri sebagai berikut:
Ketika diagung-agungkan, ia kemudian dihina
Ketika berlaku jujur, ia dituduh sebagai pembohong
Ketika menyeru orang-orang menuju kebenaran
Ketika dilukai, ia tidak melakukan kejahatan apa pun
Ketika ia menuntut haknya, mereka menentangnya
Ali bin Abu Thalib berkata, “Hubungan sabar dengan iman adalah seperti hubungan kepala dengan badan. Jika kepala terpotong, badan akan binasa.
Dengan demikian, tidak ada iman tanpa sabar.” Untuk dapat bersabar, agama Islam mengajarkan perilaku dalam kehidupan, antara lain :
Tahan ketika menghadapi hantaman pertama.
Nabi Muhammad saw. bersabda: yang artinya:“Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama”. (H.R. Bukhari)
Ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunan Nya.
Sebagaimana firman Allah swt. : yang artinya: “(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya”. (Surah Al-Baqarah [2]:156)
Tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain,
Seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (H.R. Muslim)
Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah.
Allah berfirman dalam hadis Qudsy: “Hambaku yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepada-Ku ketika kekasihnyaAku panggilkembali(mati), kepadanya takada balasan yang layakdari-Ku selain surga.“
Perhatikan hadis Nabi Muhammad saw. tentang keutamaan sabar yang artinya : “Kalaulah kesabaran itu berwujud seseorang lelaki, niscaya ia akan menjadi orang mulia dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (H.R. At-Tabrani).
Dalam hadis lain disebutkan :
“Sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan kebajikan yang besar” (H.R. At-Turmuzi).
Menurut Ibnu ‘Ajibah, orang sabar jika diklasifikasikan berdasarkan tingkatannya dapat dibagi menjadi tiga:
Sabar tingkatan awwam.
Sabar tingkatan orang khusus (khawash).
Sabar tingkat khawashul khawas.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan bahwa untuk mencapai maqom.tertinggi dalam tasawuf diperlukan berbagai tahapan-tahapan diantaranya yaitu Taubat adalah amalan seorang hamba untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang kemudian ia kembali kepada jalan yang lurus (yakni pada ajaran yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa akan menjauhi segala larangannya) dengan penyesalan telah hanyut dalam kesalahan, dan tidak akan mengulanginya lagi.
Taubat terbagi kepada beberapa bagian : Taubatnya orang-orang yang berkehendak (muriddin) Taubatnya ahli hakikat atau khawash (khusus),Taubatnya ahli ma’rifat, dan kelompok istimewa.
Sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menjaga lisan dari celaan, serta menahan anggota badan dari berbuat dosa.Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insyaallah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.
Saran
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap mahasiswa dan mengetahui apa itu pengertian sabar, bagaimana sabar dan taubat dalam ilmi tasawuf serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak lupa kritikan dan masukan sangat kami harapkan untuk kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abrori, Hasan. 2004, Ilmu Jiwa Dalam Tasawwuf, Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.
Anwar, Rosihon. 2010, Ahklak Tasawwuf, Bandung: CV Pustaka Setia.
Ghazali, Al. Ihya’ Ulum Ad-Din. Beirut: Dar Al-Ma’rifat, t.t.
Mahjudin.2000, Pendidikan Hati, Jakarta Pusat. Klam Mulia.
Abdul Mustaqim. 2007. Ahklak Tasawuf. Yogyakarta: CV. Kreasi Wacana.
Syakir, Muhammad. Wasaya Al-Abai li Al-Abnai, Surabaya: Al-Hidayah.